Jumat, 29 Agustus 2014

Singgah di Pantai Si Hitam Manis: Senggigi

Ulasan ini adalah kelanjutan dari kisah perjalananku di Lombok pada hari kedua. Kisah seru yang kualami di hari pertama dapat disimak di sini.

Adalah kebiasaan yang sudah menjadi rutinitas bagiku untuk membiasakan diri sebelum memulai kegiatan dengan mengkonsumsi teh herbal Liang Teh Cap Panda. Hal ini tentu saja perlu dilakukan untuk menghindarkan diriku dari bahaya panas dalam yang dapat mengganggu aktivitasku selama traveling.
Breakfast tea: Liang Teh Cap Panda
Setelah kemarin menghabiskan waktu seharian di Gili Trawangan, di hari selanjutnya aku ingin berkenalan dengan pantai yang tak kalah menariknya yang dimiliki oleh Lombok yaitu Senggigi. Pantai ini terkenal dengan pasirnya yang berwarna abu pekat kehitaman. Dari tempatku menginap di area walikota Mataram, membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk tiba di pantai yang juga memiliki berbagai pilihan hotel dan resort ini.
Pantai Senggigi (1)
Sama halnya seperti di Teluk Nare, Pantai Senggigi ini juga merupakan starting point untuk para wisatawan yang hendak bertolak ke Pulau Gili. Jika kita hendak menyebrang melalui pantai ini, kapal yang ditawarkan adalah jenis kapal tradisional.
Pantai Senggigi (2)
Kali ini destinasiku adalah melakukan snorkling di Gili Meno, pulau yang berada di tengah antara Gili Air dan Gili Trawangan. Gili Meno adalah pulau dengan wisata air paling indah diantara ketiga Gili yang ada. Karangnya masih hidup, tidak seperti yang ada di Gili Trawangan dan Gili Air. Wisata di dalam airnya sungguh sangat menakjubkan.
Namun sayang seribu sayang, sesampainya aku di Gili Meno, aku benar-benar lupa membawa kamera yang tertinggal di hotel. Padahal aku sudah berniat membawa kamera tersebut untuk memotret wisata air. Aku sempat berjanji pada diriku sendiri, apabila aku masih diijinkan kembali ke pulau tersebut, aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memotret keindahan dalam airnya.
Fotoku setelah melakukan snorkling di Gili Meno
Perlengkapan snorkling ini banyak disewakan di Pantai Senggigi maupun di Gili Trawangan. Harga peminjaman komplit (kacamata, life vest dan sepatu katak) adalah Rp. 75.000,-. Namun jika ingin pinjam per bagian, harganya adalah Rp. 25.000,- per bagian.

Dibandingkan dengan Gili Trawangan dan Gili Air, Gili Meno menang cenderung paling sepi pengunjungnya. Rata-rata para wisatawan berkunjung hanya untuk snorkling. Tapi bukan traveler sejati jika tidak menginjakkan kaki di pasir putih ala Gili Meno.
Touch down Gili Meno
Setelah puas mengitari alam bawah air yang ada di Gili Meno, aku kembali lagi ke Pantai Senggigi untuk menanti sunset. Waktu yang tepat untuk menunggu moment ini adalah pada pukul 18.30 WITA. Sembari diperjalanan pulang, aku sempatkan untuk mengunjungi Bukit Malimbu untuk memotret diriku dari atas bukit.
Beruntung cuaca pada saat itu sangat bersahabat sehingga aku dapat menyaksikan keindahan sunset di Pantai Senggigi dengan mata telanjang.
















Moment ini sungguh tak mungkin dapat kulupakan dalam rangkaian cerita hidupku. Tempat ini sungguh indah dan membuatku semakin bersyukur bahwa Indonesia memiliki tempat seindah ini.

Rangkaian cerita ini sebagai wujud keikutsertaanku pada Blog Contest "Travelogue Wisata Pantai di Indonesia" yang diselenggarakan oleh Liang Teh Cap Panda.
Source: https://www.facebook.com/notes/liang-teh-cap-panda/blog-contest-travelogue-wisata-pantai-di-indonesia/733911136647959
'LIKE' fanspage facebook Liang Teh Cap Panda dan juga follow twitternya di @CapPandaID karena banyak informasi menarik yang bisa didapatkan di sana.

*Dengan ini saya menyatakan seluruh tulisan dan gambar yang ada pada blog ini adalah benar merupakan milik saya pribadi yang saya ambil dari perjalanan wisata saya di tempat tersebut. Adapun gambar yang bukan merupakan milik saya, juga saya sertakan link dimana sumber gambar tersebut saya dapatkan.

Senang rasanya dapat berbagi cerita perjalananku selama di Lombok. Menang & kalah lomba urusan nomer 2. Oh ya, kalau ada waktu, sempatkan untuk merajut kisah di Pulau nan Indah ini ya! Aku yakin kamu tidak akan menyesal.
Sampai Jumpa!

Salam Pariwisata,

Aditha

Rabu, 27 Agustus 2014

Trio Gili: Menikmati Pesona Nirwana di Indonesia

Indonesia memiliki pesona alam yang begitu melimpah dari sabang hingga marauke yang terbentang luas pada garis khatulistiwa. Negeri impian bagi para petualang alam termasuk saya. Beruntung saya berasal dari negeri ini, si zamrud khatulistiwa.

Tak dapat ku pungkiri ada banyak pilihan wisata pantai yang dimiliki oleh Indonesia. Namun pada kali ini, saya ingin mengangkat tentang pantai seindah surga. Tiga serangkai yang dikagumi oleh wisatawan dunia. Gugusan pulau yang serupa tapi tak sama. Gili Trawangan - Gili Meno dan Gili Air yang biasa disebut Trio Gili.

Hari 1: Jakarta - Lombok
Mengawali perjalananku kali ini, aku memutuskan untuk menghabiskan liburan akhir pekan selama 3 hari 2 malam di pulau Lombok. Memilih jadwal penerbangan di pagi hari adalah strategiku untuk memanfaatkan waktu dengan sisa cuti yang sangat terbatas. Bertolak dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng Jakarta, aku terbang lintas pulau dengan menggunakan burung berangkai besi menuju destinasi impianku, Trio Gili.

Menyadari bahwa aku akan memiliki jadwal yang sangat padat, aku selalu mengkonsumsi Liang Teh Cap Panda untuk menjaga diriku agar terhindar dari panas dalam. Si mungil bercap panda ini selalu ku bawa terutama jika aku sedang melakukan hobi traveling.
Breakfast on board with Liang Teh Cap Panda
Alasan utamaku selalu membawa Liang Teh Cap Panda karena aku termasuk orang yang mudah terkena panas dalam. Mungkin terdengar sedikit promosi, namun hal inilah yang sesungguhnya ku lakukan untuk mengantisipasi agar tubuhku selalu fit dan terhindar dari panas dalam karena faktor cuaca, makanan serta stamina tubuhku.

Perjalanan dari Jakarta ke Lombok ditempuh dalam waktu lebih kurang 1 jam 35 menit dengan ketinggian terbang 38000 kaki, seperti itulah informasi yang dikumandangkan oleh awak kabin pesawat. Rasanya sudah tidak sabar aku ingin segera memijakkan kedua kakiku diantara ribuan pasir yang terhanyut oleh ombak yang tak henti bermanja mesra.

Inilah diriku yang sudah tak sabar memulai perjalanan baru pada lembaran kehidupanku.
Selfie on the day
Seperti jadwal yang sudah diprediksi, akhirnya pukul 09.00 WITA aku tiba di Bandar Udara Internasional Lombok Praya. Perlu diketahui bahwa Lombok sudah memasuki wilayah tengah tengah pada pembagian waktu. Oleh karena itu, di sana memiliki waktu 1 jam lebih cepat daripada wilayah bagian barat. 

Dan inilah foto pertama yang ku abadikan sesaat setelah aku tiba di Lombok yang merupakan papan selamat datang di dalam Bandar Udara Internasional Lombok Praya.
Bandara Udara Internasional Lombok Praya
Dahulu, banyak orang menyebut NTB sebagai kependekan dari Nasib Tergantung Bali. Satu lelucon yang terdengar sangat ironis. Dahulu tidak banyak orang yang mengetahui keindahan pulau ini. Informasi sangat terbatas, begitu pula dengan aksesnya. Namun kini Lombok sudah mulai mandiri dan menjelma sebagai salah satu destinasi yang layak untuk dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun manca negara. Now This Better.

Lepas dari bandara, aku tak ingin menyia-nyiakan waktuku dengan percuma menunggu koper di bagasi pesawat. Oleh karena itu, sengaja aku menaruh seluruh keperluanku pada bagasi kabin dengan berat koper maksimal 7 kilogram. Dengan semangat penuh membara, aku langsung tancap gas ke trio Gili tanpa check-in hotel terlebih dahulu.

Ada beberapa alternatif yang bisa dilalui untuk menjangkau Trio Gili, baik melalui Pelabuhan Bangsal maupun Teluk Nara (dibaca: Nare) seperti yang tampak pada gambar.
Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Gili_Islands#mediaviewer/File:Gili_Islands_Region_map.png
Aku berangkat dari Teluk Nara dikarenakan tujuan awalku hendak berpijak ke pulau Gili Trawangan sebagai destinasi pertamaku. Sehingga akan lebih dekat jika menyebranginya melalui Teluk Nare. Perjalanan ke teluk tersebut dari Bandara memakan waktu sekitar 45 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Aku saat berada di Teluk Nara
Memperhitungkan bahwa aku sudah kehilangan cukup banyak waktu di awal hari, aku memutuskan menyewa kapal cepat sebagai alat transportasiku menyeberangi gugusan pulau yang saling berkaitan.

Hembusan angin yang cukup kencang menghantam air sehingga membuat ombak besar mengiringi sepanjang perjalananku kala itu.

Terlebih pertemuan ombak diantara tiga gili membuat speed boat yang ku tumpangi terombang ambing dengan dasyatnya. Ya Tuhan! Sangat menegangkan sekaligus mengasikkan.




Namun tetap saja, dengan mengalahkan rasa takut yang menyelimuti perasaanku, aku sempat mengabadikan potret diri pada speed boat yang ku tumpangi sebagai eksistensi dan bukti diri.
On Speed Boat
Tujuan utamaku adalah menuju ke pulau yang paling jauh dari Lombok sekaligus pulau terbesar dan terpopuler diantara 3 gili yaitu Gili Trawangan. Berangkat dari Teluk Nare sampai ke Gili Trawangan memerlukan waktu sekitar 20 menit, menghemat waktu 40 menit dibanding menyebrang dengan menggunakan kapal tradisional yang biasanya memakan waktu lebih kurang selama 60 menit.

Dan inilah tempat yang sangat ku nantikan, Gili Trawangan.

Ku pikir pemandangan seperti ini hanya akan ku temui di surga. Tidak, ini nyata. Indonesia memiliki alam yang sedemikian indahnya seperti di surga. Dan keindahan ini dapat dinikmati dengan mata telanjang. Benar-benar nyata dan tanpa rekayasa. Gambar ini hanya ku abadikan dengan menggunakan ponsel iOS. Tak perlu lensa super canggih untuk membuatnya nampak begitu mempesona.



Sebelum memulai membasahi diri bermain di tepi pantai, ku awali dengan meminum Liang Teh Cap Panda agar membuat tubuhku terhindar dari panas dalam yang disebabkan oleh angin pantai.
Menikmati Liang Teh Cap Panda sambil menikmati pemandangan Gili Trawangan
Dengan segenap hasrat yang menggelora, akhirnya ku sentuhkan kulitku dengan pasir yang bergumul dengan ombak yang sesekali beriak halus di tepi pantai. Rasanya sungguh damai.

Selain menikmati pemandangan laut di Gili Trawangan, salah satu hal yang perlu dilakukan ketika singgah di pulau ini adalah dengan bersepeda. Terdapat banyak sekali persewaan sepeda yang dibandrol dengan harga Rp. 25.000 per 1 jam pemakaian. Tanpa pikir panjang, ku duduki sadel sepeda itu dan mulai mengayuh pedal untuk memutari Gili Trawangan.


Selain bersepeda, mencoba es krim gelato adalah pilihan tepat untuk dilakukan selepas bersepeda.

Tak hanya itu, kita juga dapat mencoba naik cidomo untuk berkeliling pulau gili. Cidomo ini semacam delman, transportasi yang dimotori oleh kuda. Harga per perjalanannya sebesar Rp. 150.000,-. Namun jika tak ingin menguras budget terlalu besar, duduk-duduk santai di gubuk yang tersedia di sepanjang pantai juga bisa jadi alternatif oke yang tak kalah serunya sambil menikmati hembusan angin yang berhembus sepoi-sepoi ditemani pemandangan apik yang memanjakan kedua mata.
Dan diatas segalanya, satu hal yang tidak boleh terlupa. Untuk menjaga kondisi tubuh agar tidak terkena panas dalam akibat cuaca yang panas, angin yang berhembus, serta pola makan, jangan lupa untuk selalu membawa Liang Teh Cap Panda di dalam tas agar mudah untuk dikonsumsi kapan dan dimana saja. Seperti pada perjalananku kali ini di Gili Trawangan.
Liang Teh Cap Panda, Herbal Tea untuk meredakan panas dalam
Yuk ikuti terus perjalananku masih di Pulau Lombok. Untuk perjalanan di hari kedua dapat disimak di sini.

Oh ya, tulisan di blog ini adalah dalam rangka keikutsertaanku pada Blog Contest "Travelogue Wisata Pantai di Indonesia" yang diselenggarakan oleh Liang Teh Cap Panda. Selain itu juga merupakan kontribusiku untuk menyebarluaskan informasi mengenai salah satu pesona wisata yang dimiliki oleh Bumi Ibu Pertiwi Indonesia.
Source: https://www.facebook.com/notes/liang-teh-cap-panda/blog-contest-travelogue-wisata-pantai-di-indonesia/733911136647959
Jika ingin mendapatkan informasi lain yang bermanfaat, jangan lupa untuk 'LIKE' fanspage facebook Liang Teh Cap Panda dan juga follow twitternya di @CapPandaID.

*Dengan ini saya menyatakan seluruh tulisan dan gambar yang ada pada blog ini adalah benar merupakan milik saya pribadi yang saya ambil dari perjalanan wisata saya di tempat tersebut. Adapun gambar yang bukan merupakan milik saya, juga saya sertakan link dimana sumber gambar tersebut saya dapatkan.
Sampai Jumpa!

Salam Pariwisata,

Aditha